MELATIH HATI UNTUK BERPUASA
Allah swt. berfirman, “Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya..” (At-Taghâbun [64] : 11)
Bersemainya hidayah dalam hati merupakan dasar dari segala hidayah, fondasi segala pertolongan Allah swt., dasar seluruh kehidupan dan inti dari segala perbuatan.
Dalam hadits shahih, Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah, apabila ia baik maka seluruh tubuh akan baik, dan apabila ia rusak, maka seluruh tubuh akan rusak pula. Ketahuilah segumpal darah itu adalah hati.” HR Bukhari Muslim
Karenanya, hati yang baik dan sehat merupakan kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat. Rusaknya hati adalah awal kehancuran segala musibah dan petaka, yang tidak diketahui bentuknya kecuali Allah swt.
Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Qâf [50] : 37)
Setiap makhluk mempunyai hati, tapi antara hati yang satu dan yang lain itu berbeda.
Allah swt. berfirman mengenai hati yang berpaling dan tiada berguna, “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al-Baqarah [2] : 10)
Allah juga berfirman, “Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.” (Al-Baqarah [2] : 88)
Juga dalam firman-Nya, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad [47] : 24)
Allah berfirman mengenai pengakuan orang-orang yang hatinya telah mati, “Mereka berkata: ‘Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)’.” (Fushshilat [41] : 5)
Ya, hati mereka sakit, mendapat cap buruk, terkunci dan mati. Sesungguhnya, dalam dada musuh-musuh Allah swt. terdapat hati, namun hati mereka tiada digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah. Karena itulah, Rasulullah saw. berdoa, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih, “Wahai Tuhan Yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku dalam berpegang kepada agama-Mu.” HR Tirmidzi
Hati seorang mukmin akan berpuasa di bulan Ramadhan, juga di bulan-bulan lainnya. Puasanya hati yaitu dengan membersihkannya dari berbagai penyakit yang menjangkitinya, seperti syirik, akidah-akidah sesat, bisikan-bisikan jahat, niatan-niatan buruk, dan pikiran-pikiran yang tidak berdasar.
Hati seorang mukmin akan tumbuh subur dengan kecintaan kepada Allah, ia mengenal Allah dengan nama dan sifat-sifat-Nya sesuai dengan sifat-sifat yang telah Allah sebutkan sendiri. Orang yang memiliki hati seperti ini, ia akan melihat dengan pandangan hatinya, ketika memahami nama dan sifat Allah serta segala ciptaan-Nya.
Dalam hati seorang mukmin terdapat cahaya yang berkilauan yang tidak menyisakan suatu kegelapan, cahaya risalah yang abadi, tuntunan-tuntunan langit dan syariat Rabbani, di mana semuanya bersandar pada cahaya fitrah yang telah digariskan Allah pada hamba-Nya. Maka berkumpullah kedua cahaya; cahaya risalah dan cahaya fitrah yang agung dalam hati orang yang beriman.
“Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (An-Nûr [24] : 35)
Hati seorang mukmin akan memancarkan cahaya laksana, bercahaya bagaikan matahari, dan berkilauan bagaikan semburat fajar. Hati seorang mukmin kian kokoh keimanan (yang tertanam di dalamnya) dengan mendengar ayat-ayat Allah, bertambah keyakinannya dengan tafakkur, dan semakin bertambah hidayahnya dengan I’tibar (mengambil pelajaran setiap peristiwa).
Hati seorang mukmin turut berpuasa dari kesombongan, karena kesombongan akan menghancurkannya. Maka, kesombongan tak akan mendiami hati seorang mukmin, karena ia haram baginya.
Di dalam hatilah, tempat bersemayamnya kesombongan dan keangkuhan. Dan jika kesombongan itu menetap dalam hati, niscaya sang pemilik hati itu akan menjadi sakit, bodoh, sengsara, dan terombang-ambing oleh kesia-siaan.
Allah swt. berfirman dalam hadits qudsi, “Kesombongan itu adalah selendang-Ku, dan keagungan adalah sarung-Ku. Barangsiapa yang bersaing dengan-Ku dalam kedua hal itu, niscaya Aku akan mengazabnya.” HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad
Rasulullah saw. pun bersabda dalam sebuah hadits shahih, “Barangsiapa yang berlaku sombong kepada Allah, maka Allah akan menghinakannya. Dan barangsiapa yang merendahkan diri di hadapan Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya.” HR Ahmad.
Hati seorang Mukmin berpuasa dari sifat ujub (bangga diri). Ujub itu apabila manusia memandang dirinya sempurna dan lebih utama daripada orang lain. Juga dirinya memiliki kebaikan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Sifat semacam ini adalah pertanda kehancuran.
Rasulullah saw. bersabda dalam hadits shahih, “
Adapun obat dari sifat ujub adalah kemauan memperhatikan aib diri, serta memikirkan banyaknya kekurangan, juga ribuan keburukan dan kekeliruan yang dilakukan oleh seorang hamba, di mana ia berbuat semua itu kemudian ia lupakan. Padahal ilmunya ada di sisi Allah, yakni tercatat dalam sebuah kitab, yang tidak pernah keliru dan terlupakan.
Hati seorang mukmin berpuasa dari sifat iri dengki, karena sifat dengki akan menghancurkan amalan-amalan saleh, memadamkan cahaya hati, dan memutuskan perjalanannya menuju Allah swt..
Allah swt. berfirman, “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?” (An-Nisâ’ [4] : 54)
Rasulullah saw. juga bersabda dalam hadits shahih, “Janganlah kalian saling mendengki, saling membenci, saling membelakangi, saling menyalahi (satu dengan yang lain), dan janganlah menjual beli apa yang sedang dijual belikan dengan orang lain.” HR Muslim
Rasulullah memberitahukan kepada para sahabat (saat berada dalam masjid) kedatangan seorang laki-laki yang menjadi penghuni surga. Maka ketika lelaki itu ditanya oleh, “Apa yang menyebabkanmu masuk surga?” Lelaki itu menjawab, “Aku tidak akan bisa tidur selama dalam hatiku terdapat rasa iri, dengki, dan kebencian terhadap sesama muslim.”
Marilah kita ajak hati ini untuk berpuasa seperti puasanya orang-orang yang arif.
اللهمّ اهد قلوبنا إلى صراطك المستقيم, وثبتها على الإيمان يا ربّ العالمين
Ya Allah, berilah hati kami petunjuk untuk menapaki jalan-Mu yang lurus, dan teguhkanlah hati kami dengan keimanan, duhai zat Yang mengurus semesta alam.
0 komentar:
Posting Komentar